Air Mata Negeriku


Indonesia berduka, bencana kembali mendera Indonesia dalam kurun waktu yang sangat singkat, kurang dari 6 bulan 3 bencana besar turun berturut-turut. Banjir bandang dan longsor di Wasior Papua, Tsunami di Kep. Mentawai, dan Gunung Merapi meletus dalam waktu yang cukup panjang dan menelan banyak korban setelah sebelumnya Tsunami di NAD tahun 2004 dan gempa bumi Nias pada tahun 2005. Bencana  tersebut belum lagi ditambah ancaman mendunia akibat global warming (pemanasan bumi). Perubahan iklim bumi yang ikut mengancam Indonesia antara lain naiknya suhu permukaan bumi 1,1–6,4 derajat Celcius dan seringnya muncul gelombang panas ekstrim yang diikuti meningkatnya intensitas dan kecepatan topan tropis. (United Nations for Disasters Reduction, 2008).
Memang tak dapat dipungkiri bahwa negara kita berada di daerah ring of fire (lingkaran api) karena rawan terhadap bencana alam. Empat lempeng tektonik (Benua Asia, Benua Australia, Samudera Hindia dan Samudera Pasifik) dan adanya sabuk vulkanik (volcanic arc) yang memanjang dari Pulau Sumatera-Jawa-Nusa Tenggara–Sulawesi, menyebabkan negara kita pemilik natural hazard seperti gempa, longsor dan banjir, tertinggi di dunia. Dari total bencana yang ada, bencana cuaca dan perairan (hidrometeorologi) adalah yang paling sering terjadi, meliputi banjir (34,1 persen) diikuti oleh tanah longsor (16 persen). (BAPENAS–Badan Koordinasi Penanggulangan Bencana Nasioanl /BKP-BN 2006-2009).
Namun bukan berarti semua yang terjadi karena alam semata, tetapi perilaku manusia yang rakus, merusak alam demi meraup keuntungan pribadi. Dan pada akhirnya berdampak pada kerusakan alam sehingga menimbulkan bencana satu per satu. Misalnya saja, illegal logging sehingga hutan gundul dan tak dapat lagi menampung resapan air hujan menyebabkan sering terjadinya longsor, pengerukan hasil tambang secara berlebihan, pembuangan limbah yang tidak ramah lingkungan, dan lain sebagainya.
“Dan apa musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (Q.S. 42 : Asy Syuura : 30)
Bukankah peran hidup manusia adalah sebagai khalifah untuk memakmurkan bumi. Dimana makna khalifah tersebut adalah memanfaatkan segala apa yang ada di alam dengan bijaksana sehingga bermanfaat bagi dirinya dan orang lain.
“ Dan Dialah yang menjadikan kamu sebagai khalifah-khalifah di bumi dan Dia mengangkat (derajat) sebagian kamu di atas yang lain, untuk mengujimu atas (karunia) yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu sangat cepat memberi hukuman dan sungguh Dia Maha Pengampun, Maha Penyayang” ( QS. Al An’am : 165)
            Maka dari itu, sebagai khalifah di bumi ini kita harus melaksanakan amanah untuk memelihara alam sekitar kita. Jadikan bencana alam yang terjadi selama ini adalah teguran atas kelalaian kita mencegah terjadinya kerusakan alam, hukuman bagi kita yang melakukan kerusakan , dan ujian dari Allah untuk kita atas karunia yang telah Dia berikan. Tak tergerakkah hati kita melihat saudara-saudara kita yang menjadi korban akibat ulah orang-orang yang tidak bertanggung jawab? Hal kecil yang dapat kita lakukan saat ini, adalah menghapus air mata saudara-saudara kita yang terkena musibah. Memberikan sedikit apa yang kita punya baik itu harta, waktu luang untuk menyemangati mereka, tenaga untuk membangun puing-puing rumah mereka, dan banyak hal lainnya.  Namun yang terpenting adalah mulai dari diri sendiri menjalin hubungan yang sinergis antara manusia dan alam. Alam menyediakan apa yang kita butuhkan sehari-hari dan kita mampu memelihara alam sekitar kita. 

 # ini artikel yang kubuat sebagai syarat mengikuti SG PAI ^_^

0 komentar:

Posting Komentar

Minggu, 10 Juli 2011

Air Mata Negeriku


Indonesia berduka, bencana kembali mendera Indonesia dalam kurun waktu yang sangat singkat, kurang dari 6 bulan 3 bencana besar turun berturut-turut. Banjir bandang dan longsor di Wasior Papua, Tsunami di Kep. Mentawai, dan Gunung Merapi meletus dalam waktu yang cukup panjang dan menelan banyak korban setelah sebelumnya Tsunami di NAD tahun 2004 dan gempa bumi Nias pada tahun 2005. Bencana  tersebut belum lagi ditambah ancaman mendunia akibat global warming (pemanasan bumi). Perubahan iklim bumi yang ikut mengancam Indonesia antara lain naiknya suhu permukaan bumi 1,1–6,4 derajat Celcius dan seringnya muncul gelombang panas ekstrim yang diikuti meningkatnya intensitas dan kecepatan topan tropis. (United Nations for Disasters Reduction, 2008).
Memang tak dapat dipungkiri bahwa negara kita berada di daerah ring of fire (lingkaran api) karena rawan terhadap bencana alam. Empat lempeng tektonik (Benua Asia, Benua Australia, Samudera Hindia dan Samudera Pasifik) dan adanya sabuk vulkanik (volcanic arc) yang memanjang dari Pulau Sumatera-Jawa-Nusa Tenggara–Sulawesi, menyebabkan negara kita pemilik natural hazard seperti gempa, longsor dan banjir, tertinggi di dunia. Dari total bencana yang ada, bencana cuaca dan perairan (hidrometeorologi) adalah yang paling sering terjadi, meliputi banjir (34,1 persen) diikuti oleh tanah longsor (16 persen). (BAPENAS–Badan Koordinasi Penanggulangan Bencana Nasioanl /BKP-BN 2006-2009).
Namun bukan berarti semua yang terjadi karena alam semata, tetapi perilaku manusia yang rakus, merusak alam demi meraup keuntungan pribadi. Dan pada akhirnya berdampak pada kerusakan alam sehingga menimbulkan bencana satu per satu. Misalnya saja, illegal logging sehingga hutan gundul dan tak dapat lagi menampung resapan air hujan menyebabkan sering terjadinya longsor, pengerukan hasil tambang secara berlebihan, pembuangan limbah yang tidak ramah lingkungan, dan lain sebagainya.
“Dan apa musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (Q.S. 42 : Asy Syuura : 30)
Bukankah peran hidup manusia adalah sebagai khalifah untuk memakmurkan bumi. Dimana makna khalifah tersebut adalah memanfaatkan segala apa yang ada di alam dengan bijaksana sehingga bermanfaat bagi dirinya dan orang lain.
“ Dan Dialah yang menjadikan kamu sebagai khalifah-khalifah di bumi dan Dia mengangkat (derajat) sebagian kamu di atas yang lain, untuk mengujimu atas (karunia) yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu sangat cepat memberi hukuman dan sungguh Dia Maha Pengampun, Maha Penyayang” ( QS. Al An’am : 165)
            Maka dari itu, sebagai khalifah di bumi ini kita harus melaksanakan amanah untuk memelihara alam sekitar kita. Jadikan bencana alam yang terjadi selama ini adalah teguran atas kelalaian kita mencegah terjadinya kerusakan alam, hukuman bagi kita yang melakukan kerusakan , dan ujian dari Allah untuk kita atas karunia yang telah Dia berikan. Tak tergerakkah hati kita melihat saudara-saudara kita yang menjadi korban akibat ulah orang-orang yang tidak bertanggung jawab? Hal kecil yang dapat kita lakukan saat ini, adalah menghapus air mata saudara-saudara kita yang terkena musibah. Memberikan sedikit apa yang kita punya baik itu harta, waktu luang untuk menyemangati mereka, tenaga untuk membangun puing-puing rumah mereka, dan banyak hal lainnya.  Namun yang terpenting adalah mulai dari diri sendiri menjalin hubungan yang sinergis antara manusia dan alam. Alam menyediakan apa yang kita butuhkan sehari-hari dan kita mampu memelihara alam sekitar kita. 

 # ini artikel yang kubuat sebagai syarat mengikuti SG PAI ^_^

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright @ Sang Pena Hijau | Floral Day theme designed by SimplyWP | Bloggerized by GirlyBlogger