Budaya Menutup Keran

Air bersih merupakan sumber kehidupan umat manusia. Yang dimanfaatkan oleh manusia untuk dikonsumsi dan berbagai aktivitas lainnya. Sama halnya bahan bakar minyak, air bersih pun juga bisa menjadi hal yang langkah didapatkan pada waktu tertentu.   Sementara jumlah air tawar di planet ini relatif konstan dari waktu ke waktu-terus didaur ulang melalui atmosfer dan kembali ke cangkir kita sedangkan pertumbuhan penduduk  meningkat secara eksponensial. Ini berarti bahwa setiap tahun terdapat kompetisi untuk persediaan, bersih berlimpah air untuk minum, memasak, mandi, dan mempertahankan intensifikasi kehidupan. Kelangkaan air adalah sebuah konsep abstrak banyak dan kenyataan yang sebenarnya bagi orang lain. Air tawar membuat sebuah fraksi kecil dari semua air di planet ini. Sementara hampir 70 persen dari dunia ditutupi oleh air, hanya 2,5 persen dari itu yang segar. Bahkan kemudian, hanya 1 persen dari air tawar kita mudah diakses, dengan banyak yang terjebak dalam gletser dan salju. Pada dasarnya, hanya 0,007 persen air planet ini tersedia untuk bahan bakar dan pakan 6,8 miliar penduduknya.1
Menurut PBB, penggunaan air telah berkembang lebih dari dua kali laju kenaikan penduduk di abad terakhir. Pada tahun 2025, yang diperkirakan 1,8 miliar orang akan tinggal di daerah terganggu oleh kelangkaan air, dengan dua-pertiga dari penduduk dunia hidup di air-menekankan daerah sebagai akibat dari penggunaan, pertumbuhan, dan perubahan iklim. Ditambah dengan kebiasaan masyarakat dalam menggunakan air yang terkesan boros. Kegiatan pemborosan yang paling lumrah dilakukan oleh masyarakat adalah tidak menutup kran air ketika bak air telah penuh. Budaya menutup keran kerap kali dianggap sebagai kegiatan yang sepele untuk dilakukan dengan segera. Tapi coba kita telaah lebih jauh, katakanlah jika terdapat 1.000 rumah yang memiliki 1 kamar mandi yang memiliki kran air, dalam sehari membuang setetes air (misalkan 1 tetes air = 0,0273 ml air) karena tidak menutup kran air ketika bak telah penuh sehingga diperoleh 27,3 ml air yang terbuang percuma dalam sehari. Sedangkan jumlah penduduk Indonesia berdasarkan data dari badan pusat statistic yakni sekitar 237 juta orang. Diumpamakan memiliki sebuah rumah dengan minimal 1 kamar mandi, maka terdapat 6,4701 juta ml air atau 6.470,1 liter air yang terbuang percuma dalam sehari. Sungguh sebuah pemborosan yang sangat untuk Negara yang tengah dilanda isu krisis air ini.     
Maka dari itu, air bersih harus digunakan seefisien mungkin untuk menghidari pemborosan penggunaan air bersih. Sebab tantangan yang kita hadapi sekarang adalah cara yang efektif untuk melindungi, mengelola, dan mendistribusikan air yang kita miliki. Jangan sampai menunggu kelangkaan air telanjur parah hingga membuat krisis air di negeri ini benar-benar berada di titik nazir peradaban.
~SETETES AIR SANGAT BERHARGA DEMI MASA DEPAN~

0 komentar:

Posting Komentar

Minggu, 10 Juli 2011

Budaya Menutup Keran

Air bersih merupakan sumber kehidupan umat manusia. Yang dimanfaatkan oleh manusia untuk dikonsumsi dan berbagai aktivitas lainnya. Sama halnya bahan bakar minyak, air bersih pun juga bisa menjadi hal yang langkah didapatkan pada waktu tertentu.   Sementara jumlah air tawar di planet ini relatif konstan dari waktu ke waktu-terus didaur ulang melalui atmosfer dan kembali ke cangkir kita sedangkan pertumbuhan penduduk  meningkat secara eksponensial. Ini berarti bahwa setiap tahun terdapat kompetisi untuk persediaan, bersih berlimpah air untuk minum, memasak, mandi, dan mempertahankan intensifikasi kehidupan. Kelangkaan air adalah sebuah konsep abstrak banyak dan kenyataan yang sebenarnya bagi orang lain. Air tawar membuat sebuah fraksi kecil dari semua air di planet ini. Sementara hampir 70 persen dari dunia ditutupi oleh air, hanya 2,5 persen dari itu yang segar. Bahkan kemudian, hanya 1 persen dari air tawar kita mudah diakses, dengan banyak yang terjebak dalam gletser dan salju. Pada dasarnya, hanya 0,007 persen air planet ini tersedia untuk bahan bakar dan pakan 6,8 miliar penduduknya.1
Menurut PBB, penggunaan air telah berkembang lebih dari dua kali laju kenaikan penduduk di abad terakhir. Pada tahun 2025, yang diperkirakan 1,8 miliar orang akan tinggal di daerah terganggu oleh kelangkaan air, dengan dua-pertiga dari penduduk dunia hidup di air-menekankan daerah sebagai akibat dari penggunaan, pertumbuhan, dan perubahan iklim. Ditambah dengan kebiasaan masyarakat dalam menggunakan air yang terkesan boros. Kegiatan pemborosan yang paling lumrah dilakukan oleh masyarakat adalah tidak menutup kran air ketika bak air telah penuh. Budaya menutup keran kerap kali dianggap sebagai kegiatan yang sepele untuk dilakukan dengan segera. Tapi coba kita telaah lebih jauh, katakanlah jika terdapat 1.000 rumah yang memiliki 1 kamar mandi yang memiliki kran air, dalam sehari membuang setetes air (misalkan 1 tetes air = 0,0273 ml air) karena tidak menutup kran air ketika bak telah penuh sehingga diperoleh 27,3 ml air yang terbuang percuma dalam sehari. Sedangkan jumlah penduduk Indonesia berdasarkan data dari badan pusat statistic yakni sekitar 237 juta orang. Diumpamakan memiliki sebuah rumah dengan minimal 1 kamar mandi, maka terdapat 6,4701 juta ml air atau 6.470,1 liter air yang terbuang percuma dalam sehari. Sungguh sebuah pemborosan yang sangat untuk Negara yang tengah dilanda isu krisis air ini.     
Maka dari itu, air bersih harus digunakan seefisien mungkin untuk menghidari pemborosan penggunaan air bersih. Sebab tantangan yang kita hadapi sekarang adalah cara yang efektif untuk melindungi, mengelola, dan mendistribusikan air yang kita miliki. Jangan sampai menunggu kelangkaan air telanjur parah hingga membuat krisis air di negeri ini benar-benar berada di titik nazir peradaban.
~SETETES AIR SANGAT BERHARGA DEMI MASA DEPAN~

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright @ Sang Pena Hijau | Floral Day theme designed by SimplyWP | Bloggerized by GirlyBlogger